Senin, 30 Agustus 2010

Alat Bantu Seks, Memancing Nikmat dari Kelamin Tiruan

Sex toy bisa sebagai variasi hubungan suami-istri. Tapi banyak pakar seks menyatakan, peranti seks tidak bisa menggantikan kenikmatan berhubungan langsung dengan pasangan, terutama secara psikologis.

Jujur saja, kadang muncul rasa jenuh melakukan hubungan seks dengan pasangan. Ada kalanya membutuhkan sesuatu yang lebih menantang. Biasanya, untuk mewujudkan seks liar, salah satu pasangan harus ada yang "berani" untuk berbuat dan mencoba. Satu cara yang mungkin nakal dan liar, tak ada salahnya mencoba bervariasi dengan sex toy.

Tujuan menggunakan alat Bantu seks (ABS) hanya untuk merangsang area seksual Anda dan membantu Anda untuk mencapai orgasme. Baik itu dengan pasangan maupun dilakukan sendiri. Tapi ingat, menggunakan sex toy bukan segala-galanya demi mendapatkan orgasme. Sebaiknya, penggunaan peranti seks ini bersifat variasi saja.

MenurutJoel D. Block, Ph.D dalam bukunya, Secrets of Better Sex, alat bantu seks merupakan setiap benda yang digunakan untuk merangsang dan atau untuk memperpanjang serta memperkuat hubungan seksual dapat dianggap sebagai sex toy "Orang-orang paling sering menggunakan vibrator," kata pakar psikologi klinis dan terapi seks itu.

Sekarang, para ahli terapi seks menganjurkan pemakaian vibrator (penis buatan yang bergetar-red) sebagai alat bantu seks buat wanita yang mengalami kesulitan mencapai orgasme atau yang tidak pernah mencapai orgasme atau "histeria wanita". Dan, menurut Joel D. Block, pria juga sah saja menggunakan dan menikmati stimulasi vibrator pada bagian genitalnyaBicara sex toy seksolog Dr. Alex Pangkahila mengatakan, alat bantu seks merupakan suatu sarana yang dipakai oleh pria maupun wanita atau pasangan suami-istri yang memang membutuhkan penggunaan alat tersebut. Menurut pengasuh rubrik Q&A Alex Pangkahila di MANLY ini, sebelum menggunakan peranti seks mainan, sebaiknya pelajari dahulu fungsinya, antara lain: sebagai alat perangsang gairah seksual, alat peningkatan bangkitan seksual, alat bantu untuk mengatur variasi posisi, dan sebagainya. "Yang pasti, alat bantu seks bukan berbentuk obat," katanya.

Kebiasaan untuk mendapatkan kenikmatan seks dengan sex toy, dialami Raka. Pria yang sudah 10 tahun menjalani hidup berumah tangga ini baru lima kali ber-sex toy ria sejak tahun 2005. Pria berkulit putih ini mengaku, jika ada (penis buatan tanpa getar) yang sering digunakannya itu didapat dari sahabatnya, saat ia merayakan hari ulang tahun pernikahannya. "Waktu dibuka, saya dan istri tertawa," ujarnya, mengenang.

Tapi lanjut Raka, untuk menghindari kejenuhan seks selama ini, ia pun mulai mencoba untuk mencari variasi seks. Tapi sebelum itu, kata Raka, ia bicara dengan istrinya. "Tak ada salahnya untuk dicoba," ujarnya, menceritakan kesimpulan percakapan itu.

Eksekusi penggunaan vibrator yang dilakukan pria berusia 40 tahun ini dilakukan pada awal permainan. Di tengah "perjalanan", saat sang istri sudah siap, peranti seks sesungguhnya ia mainkan. "Di situ sensasinya. Istriku puas karena orgasmenya cukup lama," kata lelaki yang membuka usaha konveksi ini.

Lain lagi dengan pengalaman Nita. Wanita berusia 32 tahun ini sudah dua tahun menggunakan alat bantu seks. Menurutnya, malam hari adalah acara ritual Nita menggunakan sex toy. Peranti seks yang disimpan secara khusus dalam lemari busananya itu dikeluarkan tatkala anak semata wayangnya sudah terlelap tidur. "Waktu pertama kali coba, aku kikuk dan bingung cara pakainya," kata janda ini.Tapi kini, ke mana pun Nita pergi, pastinya perangkat seks itu menyelinap di dalam tasnya. "Kalau aku lagi `pengen' dan pacarku nggak ada, ya aku pakai tuh vibrator," kata wanita berambut lurus ini. Menurut Nita, alasan memiliki peranti seks, lantaran untuk memenuhi hasrat seksnya yang tinggi. Bisa dipastikan, katanya, "Kalau aku mau, tinggal pakai."

Bicara tingkat kepuasan antara menggunakan peranti seks buatan dan ash, sungguh berbeda. Diakui Nita, tingkat kepuasan menggunakan ABS lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang dialaminya bersama sang pacar. Sebab, dengan menggunakan alat Bantu seks, Nita dapat mengetahui titik rangsangnya sendiri yang dianggapnya paling "nikmat". "Kalau yang alami, kita harus berpikir soal kepuasan untuk pasangan kita juga," tutur wanita yang bekerja di bagian keuangan pada sebuah perbankan ini.

Keampuhan menggunakan sex toy seperti vibrator, ada, atau boneka seks harus didukung badan dan pikiran yang sehat secara seksual. Faktor lain yang tak kalah penting adalah terjaganya komunikasi dan keintiman dengan pasangan. Jika semua itu sudah terpenuhi, tak aneh jika dildo dan vibrator lebih memudahkan Anda untuk mencapai orgasme. "Kalau mau pakai dildo sebagai foreplay, aku harus ada persetujuan istri," kata Raka, sambil tertawa.

Penggunaan alat bantu sebenarnya tidak dapat menggantikan hubungan seksual secara penuh. Dan, pastinya, terdapat perbedaan kenikmatan yang tipis dibandingkan dengan berhubungan seksual dengan pasangan. Untuk itu, keterlibatan emosi-seperti saat melakukan hubungan seksual dengan suami-tidak Anda rasakan ketika melakukan masturbasi dengan alat bantu.Menggunakan sex toy bersama istri, menurut Alex Pangkahila, adalah wajar. Dengan catatan, harus sesuai dengan prosedur kesehatan seksual dan di bawah bimbingan dokter atau konsultan seks. "Digunakannya pun harus sesuai dengan kebutuhan," kata seksolog yang berdomisili di Bali ini.Jadi, Joel D. Block menambahkan, masturbasi dengan alat bantu seks hanyalah semacam tindakan "darurat" yang bersifat sementara untuk mengatasi dorongan seksual yang mengganggu. Ingat, tanpa sex toy bukan berarti Anda tidak bisa liar di atas ranjang bersama pasangan, kan?